Komunalnews.com
SEBELUM terjadi
peperangan di Bubat antara Kerajaan Sunda dan Majapahit, Hayam Wuruk dilarang menemui raja Sunda. Sosok yang
melarangnya adalah mahapatihnya Gajah Mada, yang mengaku khawatir maharaja
langsung menemui raja Sunda.
Saat itu Gajah Mada meminta Hayam Wuruk untuk tetap tinggal
di istana, saat Kepala Desa Bubat melaporkan kedatangan rombongan dari Kerajaan
Sunda. Dikisahkan pada buku "Hitam Putih Mahapatih Gajah Mada"
tulisan Sri Wintala Achmad, Gajah Mada menyebut bisa saja raja Sunda dan
rombongan yang datang adalah musuh yang bakal menyerbu Majapahit, tetapi
menyamar.
Maka saran Gajah Mada untuk tidak pergi ke Bubat dituruti
oleh Hayam Wuruk. Tetapi para abdi dalem dan pejabat istana lainnya sempat
terkejut mendengarnya, namun tidak berani melawan.
Di Bubat, ada sekitar ratusan rombongan Sunda yang datang
dengan kapal - kapal kecil. Mereka sudah mendengar kabar burung tentang
perkembangan terkini di Majapahit. Maka Raja Sunda pun mengirimkan utusannya,
Patih Anepakan untuk pergi ke Majapahit. Ia disertai tiga pejabat lainnya dan
300 serdadu.
Mereka langsung datang ke rumah Patih Gajah Mada, di sana ia
menyatakan bahwa raja Sunda akan bertolak pulang dan mengira Hayam Wuruk ingkar
janji. Mereka bertengkar hebat karena Gajah Mada menginginkan supaya
orang-orang Sunda bersikap seperti layaknya vazal -
vazal (raja musuh Majapahit) nusantara Majapahit.
Hampir saja terjadi
pertempuran di kepatihan kalau tidak ditengahi oleh Smaranata, seorang pandita
kerajaan. Maka berpulanglah utusan Raja Sunda setelah diberi tahu bahwa
keputusan terakhir Raja Sunda akan disampaikan dalam tempo dua hari.
Sementara raja Sunda
setelah mendengar kabar ini tidak bersedia diperlakukan layaknya seorang vazal.
Maka beliau berkata memberitahukan keputusannya untuk gugur seperti seorang
ksatria. Demi membela kehormatan, lebih baik gugur daripada hidup tetapi dihina
oleh orang Majapahit. Para bawahannya berseru mereka akan mengikutinya dan
membelanya.
Maharaja Linggabuana Wisesa, raja Sunda ini kemudian menemui istri dan anaknya,
serta menyuruh niat mereka pulang. Tetapi mereka menolak dan bersikeras ingin
tetap menemani sang raja.
Ketika semuanya sudah siap
siaga, utusan Majapahit dikirim ke perkemahan orang Sunda dengan membawa surat
yang bisikan syarat - syarat Majapahit. Orang Sunda menolaknya dengan marah dan
perang pun tak dapat dihindari.
Seluruh rombongan Sunda
tewas seketika termasuk Maharaja Linggabuana Wisesa dan para pejabatnya. Tetapi
dari sekian pasukan Sunda, dikisahkan hanya satu orang perwira yang selamat.
Satu perwira bernama Pitar ini berpura - pura tewas di antara mayat - mayat
serdadu Sunda.
Ia pun kemudian
meloloskan diri setelah pasukan Majapahit meninggalkan Bubat. Pitarlah yang
akhirnya memberitahukan kepada ratu dan putri Sunda Dyah Pitaloka Citraresmi
perihal tewasnya seluruh rombongan Sunda, termasuk raja dan para pejabatnya.
Para kaum perempuan
yang menyertai suaminya pun bersedih. Mereka yang mengiringi rombongan
pengantin para pejabat Kerajaan Sunda akhirnya melakukan bunuh diri massal di
atas jenazah - jenazah suami mereka. Dari sekian perempuan yang melakukan bunuh
diri, Dyah Pitaloka Citraresmi calon istri Hayam Wuruk juga turut mengakhiri
hidupnya dengan tragis.
Hayam Wuruk yang
mendapati kondisi di Bubat cemas. Ia pun menuju ke Pesanggrahan putri Sunda,
tetapi putri Sunda tewas. Maka prabu Hayam Wuruk meratapinya, setelah itu
upacara untuk menyembahyangkan dan mendoakan para arwah dilaksanakan.
Komentar
Posting Komentar