Komunalnews.com
Maulana Yusuf dikenal
sebagai Raja Banten II, penakluk Kerajaan Pajajaran saat menyebarkan Islam di
Tanah Sunda sekaligus mengubah wilayahnya maju bak Singapura. Prestasi Maulana
Yusuf yang dikenal sebagai Panembahan Pakalangan Gede itu terjadi selama 10
tahun memerintah Kerajaan Banten.
Maulana Yusuf naik
takhta selepas ayahandanya Maulana Hasanudin mangkat pada sekitar tahun 1570
masehi. Prestasi besar lainnya Maulana Yusuf yang mencengangkan adalah
menaklukkan Kerajaan Pajajaran.
Pada saat Maulana Yusuf
memerintah Kerajaan Banten, hubungan Banten dan Pajajaran mencapai klimaks
perseteruan. Puncaknya benteng pertahanan terakhir Kerajaan Pajajaran di
Pedalaman Sunda dapat ditaklukkan oleh pasukan MaulanaYusuf.
Maulana Yusuf menjabat sebagai Sultan Banten pada tahun 1570 sampai dengan
1580, hanya 10 tahun saja beliau memerintah Banten, beliau wafat karena sakit.
Setelah wafat, takhta Kesultanan Banten kemudian diserahkan kepada anaknya,
Maulana Muhamad atau Pangeran Ratu Ing Banten.
Dalam sejarah Cirebon,
anak dari Maulana Yusuf ini adalah Raja Banten pertama yang melaksanakan Haji.
Maulana Muhamad juga disebut sebagai Sultan Haji I, selain itu ia juga disebut
Panembahan Banten Sedang Ranapati karena wafat dalam pertempuran laut di
Palembang dengan Mataram.
Merunut dari silsilahnya, Maulana Yusuf merupakan cucu dari Sunan Gunung Jati.
Sebab, ia merupakan anak dari Pangeran Sebakingkin atau Maulana Hasanudin.
Sebakingkin sendiri
dalam sejarah Cirebon disebutkan sebagai anak hasil perkawinan Sunan Gunung
Jati dengan Nyimas Kawunganten, puteri dari Permadi Puti Raja dari Cangkuang.
Maulana Yusuf adalah
putra pertama Sultan Maulana Hasanuddin dari buah pernikahannya dengan Ratu Ayu
Kirana, putri dari Sultan Trenggono yang merupakan Sultan Demak.
Maulana Yusuf menurut
sejarah Banten memiliki delapan saudara kandung dari pernikahan ayahnya dengan
Ratu Ayu Kirana. Semasa pemerintahan Maulana Yusuf, Banten disulap menjadi daerah
yang maju pesat di bidang perdagangan bak Singapura masa kini dan pelayaran
nusantara.
Di samping pendidikan
agama, Maulana Yusuf juga lebih menekankan pada bidang pembangunan kota,
keamananan dan pertanian.
Pada masanya pula Ibukota Pajajaran (Pakuan) dapat ditaklukkan oleh Kerajaan
Banten. Para penggawa Kerajaan Pajajaran lalu diislamkan tapi masing-masing
tetap memegang jabatannya seperti semula.
Pada masa pemerintahan
Maulana Yusuf, perdagangan di Banten semakin maju. bahkan bisa dikatakan bahwa
pada saat itu Banten bagaikan kota penimbunan barang-barang dari penjuru dunia
yang nantinya disebarkan ke kerajaan-kerajaan yang ada di Nusantara.
Sehingga Banten menjadi
begitu ramai dikunjungi, baik dari luar maupun oleh para penduduk Nusantara.
Semasa pemerintahan Maulana Yusuf pulalah dibuatnya peraturan penempatan
penduduk berdasarkan keahliannya dan asal daerahnya.
Perkampungan untuk
orang asing biasanya ditempatkan di luar tembok kota seperti Kampung Pakojan terletak
di sebelah barat pasar Karangantu, untuk para pedagang dari Timur Tengah,
Pecinan terletak di barat Masjid Agung, untuk para pedagang dari China.
Kampung Panjunan (Untuk
para tukang belanga, gerabah, periuk, Kampung Kepandean (untuk tukang pandai
besi), Kampung Pangukiran (untuk tukang ukir), Kampung Pagongan (untuk tukang
gong), Kampung Sukadiri (Untuk para pembuat senjata). Demikian pula untuk
golongan sosial tertentu, misalkan Kademangan (untuk para demang), Kefakihan
(untuk para ahli Fiqih), Kesatrian (Untuk para satria, perwira, Senopati dan
prajurit istana).
Pengelempokan pemukiman
ini selain dimaksudkan untuk kerapian dan keserasian kota, tapi lebih penting
untuk keamanan kota. Tembok kota pun diperkuat dengan membuat parit-parit di
sekelilingnya. Dalam Babad Banten disebutkan Gawe Kuta bulawarti bata kalawan
kawis Perbaikan Masjid Agung Pun dikerjakannya, dan sebagai kelengkapan
dibangun sebuah menara dengan bantuan Cek Ban Cut arsitek muslim asal Mongolia.
Di samping mengembangkan pertanian yang sudah ada, raja pun mendorong rakyatnya
untuk membuka daerah-daerah baru bagi persawahan.Area persawahan di Banten
bertambah meluas sampai melewati daerah Serang sekarang. Sedangkan untuk
memenuhi kebutuhan air bagi sawah-sawah tersebut,dibuatlah terusan-terusan dan
bendungan-bendungan.
Bagi persawahan yang
terletak disekitar kota,dibuatnya juga satu danau buatan yang disebut
Tasikardi.Air dari Sungai Cibanten dialirkan melalui terusan khusus ke danau
ini. Lalu dari sana dibagi ke daerah-daerah persawahan di sektarnya.Tasikardi
juga digunakan bagi penampungan air bersih bagi kebutuhan kota.
Dengan melalui
pipa-pipa yang terbuat dari terakota,setelah dibersihkan/diendapkan air
tersebut dialirkan kekeraton dan tempat-tempat lain di dalam kota.Di
tengah-tengah danau buatan tersebut terdapat pulau kecil yang digunakan untuk
tempat rekreasi keluarga keraton.
Komentar
Posting Komentar