Langsung ke konten utama

Awas World War III, Ini 'Senjata' Mematikan Rusia Tekuk Eropa


 Komunalnews.com

Konflik Rusia dan Ukraina membawa "geger" bagi dunia. Tak hanya kedua negara, konflik juga menyeret Amerika Serikat (AS) dan NATO yang kebanyakan negara Eropa.

Rusia diyakini Barat akan menyerang Ukraina. Masalahnya kompleks, mulai dari ketegangan Ukraina dengan milisi pro Rusia di timur, kedekatan Kyiv dengan Barat hingga antipati Kremlin soal kemungkinan berdirinya pangkalan NATO di Eropa Timur.

Negara di luar konflik juga buka suara mengenai eskalasi militer yang terjadi antara blok NATO pimpinan Amerika Serikat (AS) dan Rusia di wilayah Ukraina. 

negara pimpinan Presiden Xi Jinping, China, menyebut bahwa permasalahan ini harus diselesaikan secepatnya.

Namun sebenarnya Rusia memiliki senjata "mematikan" melawan Eropa. Bukan bomber melainkan gas alam.

"Jika keadaan menjadi sangat kacau di Ukraina, orang hanya bisa mengamati bahwa Eropa berada dalam posisi yang sangat rentan," kata penulis The Bridge, dalam sebuah studi tentang perdagangan gas alam antara Rusia dan Eropa dikutip The New York Times.

"Jika kita (Eropa) mencoba mengunci mereka (Rusia) ... maka mereka (Rusia) akan mendatangi penderitaan kita, yaitu energi (gas)," kata Kepala Komoditas RBC Capital Markets, Helima Crof.

Mengapa?

Eropa adalah pelanggan terbesar bahan bakar fosil itu. Dan, Rusia yang memilikinya cadangan gas alam hingga 37,4 triliun meter kubik, memasok sepertiganya ke Benua Biru.

Ini terjadi di tengah produksi domestik Eropa yang menurun. Produksi Belanda yang pernah menjadi produsen gas utama di Uni Eropa (UE) misalnya, jeblok seiring penutupan bertahan ladang besar di Groningen akibat gema bumi karena dipicu produksi gas.

Ini juga seiring meningkatnya permintaan Jerman, yang berambisi menghentikan pembangkit listrik tenaga batu bara (PLTU) untuk memenuhi tujuan lingkungan. Hal sama dengan Inggris yang menutup pembangkit listrik nuklir.

Meskipun Eropa telah melakukan investasi besar dalam energi terbarukan seperti angin dan tenaga surya, ternyata sumber pasokan konvensional masih dibutuhkan. Pembangkit listrik berbahan bakar gas adalah salah satu dari sedikit pilihan yang tersisa.

Gas mengalir melalui jaringan pipa Rusia. Memanaskan rumah hingga pembangkit listrik di sebagian Eropa. Namun, sejak pertengahan 2021 hingga kini, Eropa mengalami krisis energi. Pasalnya pasokan sedikit dan harga pun melejit.

Banyaknya permintaan seiring dibukanya penguncian (Covid-19), tak diiringi dengan jumlah pasokan. Aliran gas, sepertiganya melalui Ukraina, macet karena kerusakan pipa.

Harga gas alam sempat naik lima kali lipat tahun lalu. Meskipun harga sekarang sekitar setengah dari puncaknya tahun 2021, krisis masih terjadi di tengah musim dingin Eropa.

Harga gas yang tinggi meningkatkan biaya listrik, mengancam kenaikan tagihan konsumen. Ini pun telah mendorong beberapa pabrik yang haus energi- seperti pupuk dan peleburan logam-tutup sementara.

Rusia sendiri "menambah" kesengsaraan Eropa soal ini. Melansir laman yang sama, tahun lalu hingga kini, Negara Presiden Vladimi Putin ini mengekspor gas lebih sedikit dari biasanya.

Rusia menjaga tingkat penyimpanan di fasilitas gas Eropa yang dimiliki Gazprom, perusahaan BUMN Rusia, di titik terendah. Hal itu meningkatkan kecemasan tentang apakah cukup gas akan tersedia untuk Eropa melewati musim dingin.

"Jika Rusia menghentikan semua gas, UE perlu menaikkan impor gas alam cair (LNG) dan memberlakukan langkah-langkah darurat untuk mengurangi permintaan ... untuk menghindari kekurangan yang parah. " tulis sebuah lembaga thin tank Bruegel, dikutip Reuters.

"Skenario perang akan menyiratkan keputusan yang sulit dan mahal bagi Eropa untuk mengatur situasi secara tertib," kata Simone Tagliapietra, seorang rekan senior di Bruegel menekankan konsekuensi yang mendalam bagi perekonomian Europa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jusuf Kalla : Kebijakan Subsidi BBM Harus Dikurangi di Masa Mendatang

Komunalnews.com Mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla (JK) mengomentari soal kebijakan subsidi BBM yang masih dilakukan pemerintah. Menurut dia, sebaiknya kebijakan itu tak dilanjutkan di masa mendatang. "Kalau dari sisi pemerintah dan tentu berpengaruh ke ekonomi nasional, pemerintah harus punya daya beli yang kuat. Karena itu, pemerintah seharusnya mengurangi dampak subsidi yang tidak perlu," kata dia dalam sesi Nation Hub, CNBC Indonesia, Kamis (18/5/2023). Ia melanjutkan bahwa subsidi memang tidak apa-apa diberikan ke masyarakat yang tidak mampu. Namun, jangan sampai dilakukan terus-menerus. Menurut JK, masyarakat sebenarnya mampu untuk membeli BBM tanpa subsidi. Ia menyinggung pengalamannya saat masih menjabat pada 2005 lalu. "Pengalaman saya waktu itu 2005 menaikkan BBM sampai 100% masyarakat menerimanya," ujarnya. JK juga mengomentari soal nilai ekspor yang naik, tetapi tidak dibarengi dengan cadangan devisa yang naik. Sementara itu, untuk kebijakan hilirisasi

Jokowi Memantapkan Posisi sebagai King Maker dalam Pilpres 2024

Komunalnews.com Manuver politik dengan gaya pembisik, sebenarnya menarik untuk ditilik. Pasalnya, manuver itu agak kurang mengena logika. Saat ini sudah ada tiga poros kekuatan politik yang siap terjun dalam Pilpres 2024. Koalisi Perubahan untuk Persatuan yang mengusung Anies Baswedan, Koalisi Pendukung Ganjar Pranowo yang terdiri dari PDIP, dan PPP, serta KKIR yang mencapreskan Prabowo Subianto. Setelah PPP merapat ke kubu Ganjar, KIB tak lagi relevan. Partai Golkar kini sibuk kasak-kusuk mencari negosiasi yang paling menguntungkan. Sedangkan PAN, tak lagi jelas ke mana arah haluan. Jika peta capres sudah terkonfirmasi, pertanyaan tentang siapa yang mau mendengar bisikan Jokowi mencuat. Selain itu, ke mana sosok cawapres hasil musra akan dibisikkan juga jadi pertanyaan. Saat berpidato di depan para pendukungnya akhir pekan lalu, Jokowi tak lagi berbicara mengenai warna rambut, atau wajah yang berkerut. Dekat dengan rakyat, berani, dan paham bagaimana memajukan negeri, itulah rekomenda

Kisah Penemuan Cullinan, Berlian Terbesar di Dunia dari Tambang Afrika

 Komunalnews.com Pada 25 Januari 1905, di Tambang Premier di Pretoria, Afrika Selatan, berlian 3.106 karat ditemukan saat inspeksi rutin oleh pengawas tambang. Dengan berat 1,33 pon, berlian ini diberi nama "Cullinan". Ini disebut sebagai berlian terbesar yang pernah ditemukan. Frederick Wells, sang penemu, berada 18 kaki di bawah permukaan bumi ketika dia melihat kilatan cahaya di dinding tepat di atasnya. Dilansir History, penemuannya dipresentasikan pada sore yang sama kepada Sir Thomas Cullinan, yang memiliki tambang itu. Cullinan kemudian menjual berlian itu kepada pemerintah provinsi Transvaal, yang memberikan batu itu kepada Raja Inggris Edward VII sebagai hadiah ulang tahun. Khawatir berlian itu mungkin dicuri dalam perjalanan dari Afrika ke London, Edward mengatur untuk mengirim berlian palsu ke atas kapal uap yang penuh dengan detektif sebagai taktik pengalih perhatian. Sementara umpan perlahan-lahan berjalan dari Afrika dengan kapal, Cullinan dikirim ke Inggris dal