Komunalnews.com
SUMPAH
Palapa yang diucapkan Gajah
Mada setelah resmi menjabat Amangkubumi mampu membungkam kecongkakan
para pembesar
kerajaan Majapahit, yang awalnya mencemooh dan menertawakannya.
Amukti Palapa, menurut Mohamad Yamin dalam bukunya ‘Gajah Mada Pahlawan
Persatuan Nusantara menjelaskan bahwa ‘Sumpah itu bernama Sumpah Palapa, yang
bermaksud bahwa Gajah Mada berpantang bersenang-senang memikirkan diri sendiri
dan akan berpuasa selama cita-cita negara belum sampai.
Di muka para menteri dan di tengah-tengah paseban, Gajah Mada mengucapkan
janji, "Saya baru akan berhenti berpuasa makan buah Palapa jikalau seluruh
Nusantara takluk di bawah kekuasaan negara (Majapahit)," (Yamin; 1977;51).
Ironisnya, Sumpah Palapa yang digelorakan Gajah Mada yang ingin menyatukan wilayah Nusantara justru mendapat tantangan hebat di kalangan pembesar Kerajaan Majapahit sendiri.
Selain itu, juga Lembu Peteng dan Jabung Terewes.
Semua berhasil dikalahkannya. Dengan demikian melalui sumpahnya Gajah Mada
berhasil membuka jalan untuk mempersatukan Nusantara.
Menurut ucapan Gajah Mada dalam Pararaton terdapat
10 wilayah yang dianggap mewakili Nusantara dan harus mengakui kejayaan
Majapahit. Yaitu, Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda,
Palembang, Tumasik.
Gurun yang dimaksud adalah Pulau Lombok sekitarnya. Seram adalah kerajaan di
wilayah kepala Burung, Papua, sedangkan Tanjung Pura wilayah Kalimantan.
Haru masuk wilayah Pantai Timur Sumatera, Pahang
masuk wilayah semanjung Melayu yang kini masuk Malaysia. Dompu masuk Sumbawa,
dan Sunda di Jabar, Palembang di Sumsel dan Tumasik kini masuk Singapura.
Semua wilayah itu menurut obsesi Gajah Mada harus tunduk dan dibawah panji
kekuasaan Majapahit. Gajah Mada tidak asal bidik 10 wilayah tadi yang harus
masuk dalam kekuasaan Majapahit.
Sebab, ke 10 wilayah itu dulunya bekas kerajaan besar yang mempunyai sejarah
lebih tua dari Kerajaan Majapahit sendiri.
Pada jaman Majapahit dibawa Raja Hayam Wuruk, Majapahit sekali lagi menyerang
dan menundukkan Pulau Dewata. Berturut-turut Dompu, Sumbawa juga ditaklukan
tentara Majapahit.
Berangsur-angsur, Gajah Mada berhasil memimpikan ambisinya menyatukan Nusantara
dibawah panji Majapahit, dalam menuntaskan misinya itu, Gajah Mada membutuhkan
waktu 21 tahun.
Ambisi Gajah Mada menyatukan kerajaan nusantara
tidak lah mudah, karena sejumlah kerajaan menolak untuk tunduk dan mengakui
kekuasaan Majapahit, salah satunya Kerajaan Samudra Pasai. Patih Gajah Madah
bahkan harus menyusun strategi dan siasat jitu agar misinya berhasil.
Dalam usaha menaklukkan Samudra Pasai, Gajah Mada mengirimkan utusan untuk
memerintahkan supaya kerajaan Islam tersebut tunduk di bawah Majapahit.
Namun, keinginan Mahapatih Gajah Mada tersebut langung ditolak mentah-mentah
oleh Raja Malikuddhahir II. Penolakan itu disampaikan kepada utusan Gajah Mada
yang menghadap Malikuddhahir II.
"Bilang sama Gajah Mada, Samudra Pasai negeri yang berdaulat dan tidak
akan tunduk dengan kerajaan manapun termasuk Majapahit," ujar Malikuddhahir
II.
"Hamba hanya menyampaikan pesan tuan. Baiklah pesan tuan juga akan hamba
sampaikan pada Majapahit," ujar utusan Majapahit tersebut sembari
berpamitan.
Sejak kepergian utusan Majapahit, Malikuddhahir II sadar, jika Majapahit tidak
akan tinggal diam dan pasti bakal mengirimkan pasukan untuk menyerangnya. Untuk
itu Malikuddhahir II pun memerintahkan panglima perangnya supaya mempersiapkan
segala kemungkinan.
Benar saja, setelah mendengar jawaban dari Samudra Pasai, Majapahit langsung
mengerahkan pasukannya untuk menyerang Samudra Pasai. Sekitar 50 kapal laut
siap menyerang Samudra Pasai.
Melihat kedatangan pasukan Majapahit, Samudra Pasai langsung menyusun kekuatan
dengan menyiapkan semua pasukan perangnya. Akhirnya kedua pasukan pun langsung
berhadapan di pesisir pantai. "Lebih baik kalian menyerah dan tunduk
kepada Majapahit sebelum kami habisi semuanya," ujar panglima perang
Majapahit.
Mendengar ancaman itu, panglima Samudra Pasai pun menjawab dengan tenang.
"Kami tidak akan menyerahkan sejengkal pun tanah kami," katanya.
Rasa amarah langsung menyelimuti panglima Majapahit
mendengar jawaban tersebut. "Baiklah sepertinya kalian memilih mati,"
ujarnya sembari bersiap memerintahkan prajuritnya untuk berperang.
Perang pun tak terelakan, korban jiwa berjatuhan dari kedua belah pihak.
Kalimat takbir terus terdengar dari pasukan Samudra Pasai. Konon perang
tersebut berlangsung selama tiga hari dan hanya berhenti saat senja tiba.
Memasuki hari keempat, Malikuddhahir mulai berhitung, ia menilai pasukan Majapahit
pasti mulai melemah dan berkurang. Sehingga diambil keputusan untuk melakukan
penyergapan langsung ke tenda-tenda penginapan pasukan Majapahit.
Penyergapan yang dilakukan menjelang pagi itu berlangsung sukses, pasukan
Majapahit semuanya menyerah, termasuk sang panglima. Namun oleh Kerajaan Pasai
mereka tidak ditawan tapi disuruh kembali ke Majapahit. Meski mengalami
kekalahan diperang pertama, Majapahit dikhabarkan tidak menyerah.
Majapahit kembali menyerang Samudra Pasai dengan dipimpin langsung oleh Gajah
Mada. Saat penyerangan kedua Majapahit melakukannya dari dua arah, darat dan
laut. Tragisnya saat terjadi penyerangan tersebut, tengah terjadi goncangan di
Samudra Pasai karena adanya pemberontakan dan perebutan kekuasaan.
Meski pasukan Samudra Pasai berhasil memukul mundur pasukan darat Majapahit,
namun pasukan laut Majapahit berhasil masuk ke kota Pasai dan menguasainya.
Kerajaan lain yang sulit ditaklukkan Gajah Mada adalah Kerajaan Bali. Penguasa
terakhir Kerajaan Bali Aga bernama Sri Ratna Bumi Banten. Sang raja inilah yang
menentang ekspansi Kerajaan Majapahit yang dipimpin Gajah Mada pada 1343.
Kerajaan Bali sulit ditaklukan balatentara Majapahit karena kemampuan
balatentaranya yang mumpuni ditambah Patih Kebo Iwa dan panglima perangnya yang
sakti membuat kerajaan ini sulit ditaklukan.
Patih Kebo Iwa ini tinggal di Belahbatuh konon kesaktiannya menggentarkan nyali
Mahapatih Gajah Mada.
Dimana Gajah Mada takut berhadapan langsung dengan Kebo Iwa. Patih Gajah Mada
memang merasakan ada kesulitan besar yang menghantui dirinya dan belum
dirasakan sebelumnya.
Tak seperti biasanya walaupun Gajah Mada sering
berhadapan dengan musuh lebih besar dan lebih kuat dan memiliki peralatan
perang serba lengkap. Tetapi menghadapi Kerajaan Bali Aga, ada rasa takut dan
ragu-ragu menyelinap pada diri Gajah Mada.
Tetapi sumpah Palapa Gajah Mada yang akan mempersatukan nusantara harus
terlaksana. Karena itu Gajah Mada dan punggawa Kerajaan Majapahit mengatur
siasat untuk membunuh Kebo Iwa agar bisa menguasai Kerajaan Bali Aga.
Lalu diutus seorang untuk menjemput Kebo Iwa yang ditinggal Gajah Mada di
daerah Banyuwangi.
Gajah Mada lalu menyambut kedatangan Kebo Iwa lalu dan mengajukan permintaan
kepadanya agar berkenan membuat sumur air yang nantinya akan dipersembahkan
untuk wanita calon pendampingnya dan bisa dimanfaatkan rakyat Majapahit yang
saat ini sedang kekurangan air.
Kebo Iwa memiliki jiwa besar dan lurus hatinya, akhirnya dia pun meluluskan
permintaan tersebut.
Lalu Kebo Iwa segera membuat sebuah sumur air di tempat yang telah ditentukan.
Dalam waktu yang cukup singkat, sumur telah tergali cukup dalam. Namun belum
ada mata air yang keluar.
Sementara di atas lubang sumur yang digali Kebo Iwa, para prajurit Majapahit
terlihat berkerumun, nampak mereka memusatkan perhatian pada Gajah Mada. Seakan
mereka menantikan sesuatu perintah.
Tiba-tiba Gajah Mada memerintahkan untuk menimbun sumur yang digali Kebo Iwa
dengan batu. Seketika itu juga, para prajurit menimbun kembali lubang sumur
yang sedang dibuat Kebo Iwa.
Nampak Kebo Iwa sangat terkejut dan berusaha menahan jatuhnya batu. Dalam waktu
yang singkat, lubang sumur itu pun tertutup rapat. Mengubur Kebo Iwa di
dalamnya.
Tapi tiba-tiba timbunan batu melesat ke segala penjuru, menghantam prajurit
Majapahit.
Batu-batu yang ditimbun melesat kembali ke angkasa dibarengi dengan teriakan
prajurit Majapahit yang terhempas. Dari dalam sumur, keluarlah Kebo Iwa, yang
ternyata masih terlalu kuat untuk dikalahkan.
Kebo Iwa lalu menyerang Gajah Mada dengan kemarahan
dan dendam. Akibat amarah dan dendam yang dirasakan Kebo Iwa, pertempuran
berlangsung sengit.
Disela-sela saling serang Gajah Mada berteriak, ”Untuk memersatukan dan
memperkuat nusantara, segenap kerajaan hendaklah dipersatukan terlebih dahulu.
Dan kau berdiri di garis yang salah sebagai seorang penghalang,” katanya.
Pertempuran antara keduanya masih berlangsung hebat, namun amarah Patih Kebo
Iwa mulai menyurut. Rupanya saat Kebo Iwa bertempur dia berpikir harus membuat
keputusan yang sulit.
Kata Kebo Iwa dalam hati kecilnya," Kerajaan Bali pada akhirnya akan dapat
ditaklukkan oleh usaha yang kuat dari orang ini (Gajah Mada). Keinginannya
untuk mempersatukan nusantara agar menjadi kuat kiranya dapat aku mengerti kini.
Namun apabila, aku menyetujui niatnya dan ragaku masih hidup, apa yang akan aku
katakan nantinya pada Baginda Raja Bali sebagai sangkalan atas sebuah prasangka
pengkhianatan,".
Lalu Kebo Iwa berkata, “Wahai Patih Gajah Mada ! Cita-citamu untuk membuat nusantara
menjadi satu dan kuat kiranya dapat aku mengerti. Namun selama ragaku tetap
hidup sebagai abdi rajaku, aku akan menjadi penghalangmu. Maka, taklukkan aku,
hilangkan kesaktianku dengan menyiramkan bubuk kapur ke tubuhku,''.
Pernyataan Kebo Iwa rupanya membuat terkesiap Gajah Mada. Namun Gajah Mada yang
mengerti atas keinginan Kebo Iwa, lalu menghantamkan tangannya ke batu kapur,
batu itupun luluh lantak menjadi serpihan bubuk.
Gajah Mada menyapukan bubuk tersebut ke arah Kebo Iwa dengan ilmunya, bubuk
kapur menyelimuti tubuh sang patih. Nampak Kebo Iwa, sesak napasnya oleh karena
bubuk kapur tersebut.
Kiranya bubuk kapur tersebut membuat pernapasan Kebo Iwa menjadi terganggu, hal
tersebut mengakibatkan kesaktian Kebo Iwa menjadi lenyap.
Gajah Mada lalu melesat dan menusukkan kerisnya ke tubuh Kebo Iwa. Dengan
gugurnya Kebo Iwa maka satu kekuatan besar Kerajaan Bali dapat dilumpuhkan.
Komentar
Posting Komentar