Komunalnews.com
Surat Perintah 11 Maret 1966 atau Supersemar masih
menjadi misteri. Putra sulung Presiden pertama Soekarno atau Bung Karno, Guntur Soekarno mengungkap
isi dari koper peninggalan ayahnya saat ditahan rezim Orde Baru (Orba).
“Saya sendiri sedang mencoba tulis satu artikel
membahas mengenai misteri dari Supersemar,” kata Guntur dalam Podcast “Apa
Adanya”
“Waktu almarhum (Bung Karno) wafat 21 Juni 1970, itu
kan di Wisma Yaso tempat Bung Karno ditahan waktu Orde baru, itu kan Bung Karno
mempunyai beberapa koper. Suatu saat oleh pemerintah Orde Baru, koper-koper itu
dikembalikan kepada keluarga,” imbuh Guntur.
Guntur mengaku menaruh koper-koper tersebut di
lemari kamar, tanpa pernah membukanya. Ketika berpindah rumah di Jalan Kemang
Raya, Guntur iseng-iseng membuka koper tersebut.
“Ternyata di dalam koper itu terdapat dua buah foto
dari Surat Perintah 11 Maret yang satu dan lain enggak cocok. Jadi,
saya di sini bertambah yakin bahwa memang soal Supersemar ini, ahli-ahli
sejarah Indonesia harus mencoba mengadakan klarifikasi sebenarnya itu
bagaimana,” ucap Guntur.
“Saya harap misalnya Asvi Marwan Adam atau Anhar
Gonggong, coba dibuka kepada masyarakat supaya masyarakat jangan selalu tanda
tanya. Kontroversi. Itu tugas ahli sejarah.”
Guntur menyatakan Bung Karno secara terang benderang
menyebut Supersemar bukan transfer of authority. Supersemar hanya sekadar
surat perintah pengamanan, antara lain terhadap kewibawaan dan ajaran-ajaran
pemimpin besar revolusi. Ini yang diamanatkan Soekarno kepada Soeharto.
“Cuma di dalam kenyataannya, memang terjadi tidak
sesuai dengan apa yang tertulis dan tercetak dalam Surat Perintah 11 Maret itu.
Ini yang membuat kontroversi. Supersemarnya ada, tetapi macam-macam versi,” kata
Guntur.
Komentar
Posting Komentar