KOMUNALNEWS.COM
Pada Pemilu 1999, KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur terpilih
sebagai presiden pertama pasca reformasi dalam sidang umum MPR yang
diketuai Amien
Rais . Nama Gus Dur dimunculkan sebagai alternatif di tengah kebuntuan
oleh Poros Tengah yang juga diinisiasi Amien Rais.
Tetapi pertengahan 2001, Gus Dur akhirnya harus lengser dari kursi kepresidenan
setelah dipecat MPR melalui sidang istimewa. Kesan terhadap sosok Amien Rais
yang pernah dielu-elukan sebagai salah satu tokoh penggerak reformasi seketika
berubah menjadi antagonis, khususnya bagi sebagian warga nahdliyin dan
pendukung Gus Dur.
Apa jawaban Amien soal tudingan bahwa dia adalah otak di balik pelengseran Gus
Dur?
”Jadi begini, saya itu bersahabat dengan Gus Dur, sesungguhnya bersahabat
betul-betul. Bahkan yang meng-endorse Gus Dur jadi presiden itu saya di PP
Muhammadiyah,” tutur Amien Rais
Menurut Amien, sangat berlebihan kalau ada yang
mengatakan pelengseran itu adalah Amien Rais. ”Masak saya seorang? Kan (MPR)
banyak akademisinya, banyak jenderalnya dan segala macam,” ujar ketua Majelis
Syura Partai Ummat ini.
Amien mengaku telah mengingatkan Gus Dur berkali-kali atas pembacaannya pada
situasi dan peningkatan eskalasi politik kala itu. ”Saya kan membaca. Beberapa
kali saya bilang, Gus kalau Anda itu tidak banyak bicara setiap Jumat, ekonomi
kita ini sudah autopilot, bergerak bagus. Anda tenang saja, tidak perlu
mengatakan bintang kejora boleh berkibar asal di bawah Merah Putih. Anda juga
bicara kalau perlu Aceh referendum,” kata Amien .
Mantan Ketua PP Muhammadiyah itu mengingatkan bahwa pernyataan-pernyataan Gus
Dur tersebut sangat sensitif bagi sejumlah kalangan. ”Gus, kata-kata ini berat
lho implikasinya. Listen to me please. Kalau Anda sampai ambruk, Umat Islam
ikut ambruk,” tutur Amien mengulang kalimatnya kepada Gus Dura kala itu.
Gus Dur pun mengatakan akan mendengarkan nasihat Amien. ”Iyo tak rungoke, Mas
Amien, opo jaremu. (Ya, saya dengarkan Mas Amien, apa katamu lah) Ya
Alhamdulillah…Omongan saya ini bisa dicek lewat Alwi Shihab,” ungkap Amien
Waktu berjalan, tetapi Gus Dur belum mengubah kebiasaan sampai akhirnya
benar-benar surat memorandum DPR pertama. Isinya permohonan agar MPR menggelar
sidang istimewa muncul. Surat ditandatangani semua fraksi kecuali PKB. ”Saya
Langsung kembali menemui Gus Dur,” kata Amien.
Kepada Gus Dur, Amien mengatakan situasi sudah gawat. Dia meminta sekali lagi
agar Gus Dur mau mendengarkan nasihatnya. ”Gus ini sudah serius, tapi Anda
tetap tenang. Yang penting pokoknya jangan macam-macam ngomongnya. Saya
ingatkan jangan lagi bicara Papua, itu sensitif sekali,” kata Amien.
Gus Dur tampaknya belum yakin. ”Mas Amien jamin?” tanya Gus Dur. Amien lalu
menjawab bahwa dia menjamin tidak ada lagi memorandum kedua. ”Saking
gembiranya, dia menyanyi Bengawan Solo sambil bersiul. Saya bilang, gitu ya
Gus? Dia ngomong, ya bismillah. Terus saya peluk lalu sudah pulang,” tutur
Amien.
Tetapi kenyataan berkata lain. Gus Dur tetap saja membuat pernyataan-pernyataan
yang menurut Amien tidak perlu dan cukup sensitif bagi sebagian kalangan. “Jadi,
saya kira kalau dikatakan saya yang melengserkan, masak saya bisa mendikte
orang sebanyak itu. Ya itu (pelengseran) yang minta yang teman-teman, serempak
saja waktu itu. Semua berdiri kecuali PKB, hanya Pak Matori Abdul Jalil yang
berdiri,” ungkap Amien.
Komentar
Posting Komentar