Langsung ke konten utama

Sindir Bung Karno, DN Aidit: Indonesia Takkan Maju Kalau Diurus Pemimpin Yang Punya 5 Istri


 Komunalnews.com

Teriakan bubarkan Himpunan Mahasiswa Islam atau HMI bergemuruh di Istora Senayan Ribuan anggota Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI) serempak berteriak semangat. “Bubarkan HMI! HMI antek nekolim!”

Malam itu, 28 September 1965, CGMI menggelar Kongres II. Seperti diketahui, CGMI adalah organisasi kemahasiswaan underbouw PKI. Sebelum Kongres, hampir setiap hari CGMI berdemo meminta pemerintah membubarkan HMI karena perbedaan pandangan politik.

Wakil Perdana Menteri II Johannes Leimena dan Presiden Soekarno yang berpidato malam itu dengan tegas menolak permintaan CGMI. Pemerintah tak akan membubarkan HMI.

Giliran Ketua Central Comite Partai Komunis Indonesia (CC PKI) Dipa Nusantara Aidit naik ke mimbar. Pidato Aidit menggebrak diiringi teriakan dukungan massa.

“Kalau CGMI tak bisa membubarkan HMI lebih baik kalian memakai kain seperti perempuan!” kata Aidit disambut gemuruh teriakan anggota CGMI. “Bubarkan HMI, Bubarkan HMI.”

Aidit tak selesai sampai situ. “Indonesia belum mencapai kemajuan dan kemakmuran. Negara ini memang tidak akan bisa maju kalau diurus oleh pemimpin yang mempunyai empat atau malahan lima orang istri!” teriak Aidit.

Sejumlah hadirin terkesiap. Wakil Komandan Tjakrabirawa Kolonel Maulwi Saelan menggeleng-gelengkan kepala mendengar pidato Aidit.

“Kasar sekali, pernyataan Aidit itu kasar sekali,” kata Saelan menceritakan kisah itu pada merdeka.com, pekan lalu.

Semua tahu pada siapa sindiran Aidit itu dialamatkan kalau bukan Presiden Soekarno yang memiliki lima istri. Fatmawati, Hartini, Ratna Dewi, Haryati dan Yurike.

Tak ada yang berani melihat wajah Soekarno. Tapi Soekarno dengan tenang meninggalkan acara tersebut tanpa berkata apapun.

Padahal baru beberapa hari sebelumnya Soekarno menganugerahkan penghargaan prestisius Bintang Mahaputera pada Aidit. Soekarno pun hadir pada peringatan HUT PKI ke-45, 23 Mei 1965 di Istora Senayan. Dalam acara itu Soekarno dan Aidit berangkulan mesra.

Saat itu PKI memang menjadi pendukung utama kebijakan Soekarno. Bagi Soekarno, PKI menjadi penyeimbang bagi kekuatan politik Angkatan Darat yang dominan. Soekarno selalu berusaha menjaga keseimbangan antara Angkatan Darat dan PKI.

Bukan kali pertama Aidit melancarkan serangan pada Soekarno. Aidit pernah menyatakan kalau rakyat Indonesia sudah bersatu dan sosialisme sudah terwujud, maka Pancasila tak dibutuhkan lagi.

Seluruh rakyat tahu, Soekarnolah yang merumuskan Pancasila. Kritik Aidit dijawab Soekarno dengan menetapkan 1 Juni sebagai hari kelahiran Pancasila.

Hubungan Aidit dan Soekarno memang turun naik, kadang mesra, kadang renggang. Seperti kata pepatah, tak ada kawan abadi. {merdeka}

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jusuf Kalla : Kebijakan Subsidi BBM Harus Dikurangi di Masa Mendatang

Komunalnews.com Mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla (JK) mengomentari soal kebijakan subsidi BBM yang masih dilakukan pemerintah. Menurut dia, sebaiknya kebijakan itu tak dilanjutkan di masa mendatang. "Kalau dari sisi pemerintah dan tentu berpengaruh ke ekonomi nasional, pemerintah harus punya daya beli yang kuat. Karena itu, pemerintah seharusnya mengurangi dampak subsidi yang tidak perlu," kata dia dalam sesi Nation Hub, CNBC Indonesia, Kamis (18/5/2023). Ia melanjutkan bahwa subsidi memang tidak apa-apa diberikan ke masyarakat yang tidak mampu. Namun, jangan sampai dilakukan terus-menerus. Menurut JK, masyarakat sebenarnya mampu untuk membeli BBM tanpa subsidi. Ia menyinggung pengalamannya saat masih menjabat pada 2005 lalu. "Pengalaman saya waktu itu 2005 menaikkan BBM sampai 100% masyarakat menerimanya," ujarnya. JK juga mengomentari soal nilai ekspor yang naik, tetapi tidak dibarengi dengan cadangan devisa yang naik. Sementara itu, untuk kebijakan hilirisasi

Jokowi Memantapkan Posisi sebagai King Maker dalam Pilpres 2024

Komunalnews.com Manuver politik dengan gaya pembisik, sebenarnya menarik untuk ditilik. Pasalnya, manuver itu agak kurang mengena logika. Saat ini sudah ada tiga poros kekuatan politik yang siap terjun dalam Pilpres 2024. Koalisi Perubahan untuk Persatuan yang mengusung Anies Baswedan, Koalisi Pendukung Ganjar Pranowo yang terdiri dari PDIP, dan PPP, serta KKIR yang mencapreskan Prabowo Subianto. Setelah PPP merapat ke kubu Ganjar, KIB tak lagi relevan. Partai Golkar kini sibuk kasak-kusuk mencari negosiasi yang paling menguntungkan. Sedangkan PAN, tak lagi jelas ke mana arah haluan. Jika peta capres sudah terkonfirmasi, pertanyaan tentang siapa yang mau mendengar bisikan Jokowi mencuat. Selain itu, ke mana sosok cawapres hasil musra akan dibisikkan juga jadi pertanyaan. Saat berpidato di depan para pendukungnya akhir pekan lalu, Jokowi tak lagi berbicara mengenai warna rambut, atau wajah yang berkerut. Dekat dengan rakyat, berani, dan paham bagaimana memajukan negeri, itulah rekomenda

Kisah Penemuan Cullinan, Berlian Terbesar di Dunia dari Tambang Afrika

 Komunalnews.com Pada 25 Januari 1905, di Tambang Premier di Pretoria, Afrika Selatan, berlian 3.106 karat ditemukan saat inspeksi rutin oleh pengawas tambang. Dengan berat 1,33 pon, berlian ini diberi nama "Cullinan". Ini disebut sebagai berlian terbesar yang pernah ditemukan. Frederick Wells, sang penemu, berada 18 kaki di bawah permukaan bumi ketika dia melihat kilatan cahaya di dinding tepat di atasnya. Dilansir History, penemuannya dipresentasikan pada sore yang sama kepada Sir Thomas Cullinan, yang memiliki tambang itu. Cullinan kemudian menjual berlian itu kepada pemerintah provinsi Transvaal, yang memberikan batu itu kepada Raja Inggris Edward VII sebagai hadiah ulang tahun. Khawatir berlian itu mungkin dicuri dalam perjalanan dari Afrika ke London, Edward mengatur untuk mengirim berlian palsu ke atas kapal uap yang penuh dengan detektif sebagai taktik pengalih perhatian. Sementara umpan perlahan-lahan berjalan dari Afrika dengan kapal, Cullinan dikirim ke Inggris dal