Komunalnews.com
Politikus senior PDIP Hendrawan Supratikno merespons pernyataan cucu Presiden ke-1 RI Sukarno, Didi Mahardika, yang menyebut sang kakek dibunuh. Menurut Hendrawan, di buku-buku sejarah juga ditulis bahwa Sukarno tidak diperlakukan manusiawi saat tinggal di Wisma Yasoo (sekarang Museum Satriamandala).
"Yang tertulis di buku-buku, (Sukarno) wafat di Wisma Yasoo karena sakitnya tidak ditangani dokter yang ahli dalam bidangnya (bahkan diduga yang menangani dokter hewan). Pada tahun dan bulan-bulan terakhir, hidupnya diisolasi dari dunia dan rakyat yang dicintainya. Pokoknya perlakuan yang tidak manusiawi untuk seorang Bapak Bangsa," kata Hendrawan kepada wartawan, Jumat (1/10/2021).
Hendrawan menyebut para ahli sejarah juga sepakat berakhirnya kepemimpinan Sukarno tak terlepas dari andil asing. Ada campur tangan Amerika Serikat (AS) dalam mengkudeta kepimpinan Sukarno.
"Para ahli juga bersepakat, apa yang terjadi tidak lepas dari 'politik luar negeri AS di Asia Tenggara', dan transisi kekuasaan yang terjadi merupakan suatu 'kudeta merangkak'. Jadi 'hantu komunisme' pada masanya adalah sebuah proyek politik AS," ujarnya.
Lebih lanjut Hendrawan menuturkan apa yang tertulis buku sejarah itu sudah menjadi pengetahuan umum. Hendrawan berharap masyarakat tidak terjebak dalam narasi sebaliknya.
"Pengetahuan ini sudah ditulis di buku-buku dan sudah menjadi pengetahuan umum. Kita tidak boleh terjebak dalam daur ulang narasi dendam dan permusuhan," sebutnya.
Sebelumnya, Didi Mahardika berbicara hal mengejutkan soal kematian Sukarno. Didi menyebut Sang Proklamator dibunuh.
Pernyataan Didi ini muncul dalam channel YouTube V Entertainment.id saat berbincang dengan host channel tersebut, yaitu YouTuber Nandatanya. Host awalnya bertanya soal video musik TRAH-Untuk Indonesia Raya garapan Didi Mahardika. Pertanyaannya seputar lokasi pengambilan video.
"Ada cerita apa di balik video musik TRAH, terus kenapa di tempat ikonik seperti di Rumah Cilandak ini. Ada apa dengan Rumah Cilandak, Bundaran HI, GBK, dan Museum Satriamandala? Museum Satriamandala atau Wisma Yasoo, Mas?" tanya host kepada Didi.
"Mulai gue datang di Satriamandala atau yang disebut Wisma Yasoo, itu adalah tempat peristirahatan terakhir Bung Karno yang seolah-olah kayak diasingkan tanpa melalui tidak diberikan kesempatan untuk membela dirinya di persidangan, seperti diasingkan...," ujar host melanjutkan.
Didi memotong pernyataan tersebut. Dia menambahkan pernyataan bahwa Bung Karno dibunuh di Wisma Yasoo.
"Aku tambahin dikit, Mas, tidak hanya diasingkan, tapi di situlah bapak kita, Bapak Bangsa, Bapak Proklamator kita, yang memperjuangkan kita semua, dibunuh di situ, dibunuh, iya, harus banyak yang tahu," ujar Didi
Komentar
Posting Komentar