Airlangga Hartarto : Kekeringan dan Hujan Berkepanjangan Akibat Perubahan Iklim Menjadi Tantangan dalam Pengendalian Inflasi Pangan
Komunalnews.com
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan dalam dinamika inflasi tahun ini dan tahun depan, pemerintah mewaspadai beberapa hal. “Terganggu oleh climate change, hujan berkepanjangan. Tahun depan juga harus berhati-hati terhadap kekeringan yang lebih panjang karena el nino. Ini menjadi tantangan,” ujar Airlangga.
Kondisi itu akan berpengaruh pada dinamika inflasi. Terutama pada komponen volatile food.
Dalam Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP), Airlangga menyebut bahwa wilayah Jawa sebagai sentra produksi pangan nasional memiliki peran strategis dalam perluasan kerja sama antar daerah. Menurutnya, mayoritas produksi komoditas pangan masih terfokus di wilayah Indonesia bagian Barat terutama Pulau Jawa.
“Namun, sejumlah komoditas pangan masih menjadi pendorong laju inflasi di Pulau Jawa. Di antaranya beras, bawang merah, cabai merah, cabai rawit, dan telur ayam,” jelas Airlangga.
Dia melanjutkan, ketersediaan pasokan antarwaktu dan antarwilayah masih menjadi tantangan utama dalam stabilisasi harga pangan. Sehingga perlu dilakukan penguatan konektivitas antarwilayah untuk kelancaran pasokan. Serta mendukung stabilitas harga dan mendekan disparitas harga lewat Kerjasama Antar Daerah (KAD).
“Pemerintah juga terus mendorong operasi pasar untuk stabilisasi harga pangan,” imbuhnya.
Dalam rangka membantu masyarakat dan stabilisasi harga pangan, pemerintah tahun ini memberikan bansos pangan selama 3 bulan, dari Maret-Mei 2023. Komoditas yang dibagikan adalah beras, telur, dan daging ayam.
Bansos pangan itu diberikan kepada 21,353 juta penerima manfaat. Lokasinya di 514 kab/kota. “Pemerintah juga terus menjaga sasaran inflasi melalui TPIP dan TPID. Supaya masyarakat sejahtera dan pemilu bisa lancar,” kata Airlangga.
Kondisi itu akan berpengaruh pada dinamika inflasi. Terutama pada komponen volatile food.
Dalam Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP), Airlangga menyebut bahwa wilayah Jawa sebagai sentra produksi pangan nasional memiliki peran strategis dalam perluasan kerja sama antar daerah. Menurutnya, mayoritas produksi komoditas pangan masih terfokus di wilayah Indonesia bagian Barat terutama Pulau Jawa.
“Namun, sejumlah komoditas pangan masih menjadi pendorong laju inflasi di Pulau Jawa. Di antaranya beras, bawang merah, cabai merah, cabai rawit, dan telur ayam,” jelas Airlangga.
Dia melanjutkan, ketersediaan pasokan antarwaktu dan antarwilayah masih menjadi tantangan utama dalam stabilisasi harga pangan. Sehingga perlu dilakukan penguatan konektivitas antarwilayah untuk kelancaran pasokan. Serta mendukung stabilitas harga dan mendekan disparitas harga lewat Kerjasama Antar Daerah (KAD).
“Pemerintah juga terus mendorong operasi pasar untuk stabilisasi harga pangan,” imbuhnya.
Dalam rangka membantu masyarakat dan stabilisasi harga pangan, pemerintah tahun ini memberikan bansos pangan selama 3 bulan, dari Maret-Mei 2023. Komoditas yang dibagikan adalah beras, telur, dan daging ayam.
Bansos pangan itu diberikan kepada 21,353 juta penerima manfaat. Lokasinya di 514 kab/kota. “Pemerintah juga terus menjaga sasaran inflasi melalui TPIP dan TPID. Supaya masyarakat sejahtera dan pemilu bisa lancar,” kata Airlangga.
Komunalnews.com
Komentar
Posting Komentar